Ticker

6/recent/ticker-posts

Kisah Sukses Betani Salak Hingga Ekspor Ke China I Lihatsaja.com

Lihatsaja.com - Salak merupakan buah bersisik yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.

Salak, buah bersisik yang memiliki banyak manfaat  kesehatan, buah salak merupakan salah satu buah yang cukup populer dikonsumsi di indonesia.

Salak adalah salah satu buah yang berasal dari Sumatra dan Jawa ini memiliki kulit berwarna coklat dan bersisik kasar, sehingga dikenal juga dengan nama snake fruit. 

Selain rasanya enak, yang mana cenderung manis dan asam, ternyata manfaat salak bagi kesehatan.

Salak mengandung kalsium, fosfor, kalium, vitamin A, vitamin B, vitamin C, karbohidrat, protein, zat besi, dan juga serat. Kandungan tersebut tentu saja sangat dibutuhkan bagi tubuh.

Salak asal Merapi, Yogyakarta sudah dikenal luas, bahkan hingga ke negeri China. 

Bahkan tak hanya China, Dubai, Singapura, dan Malaysia juga menyukai buah ini.

Surya Agung, Ketua Kelompok Tani Merapi Sleman mengatakan, sejak 2008 salak dari petani di lereng Merapi sudah bisa diekspor.

Surya merupakan petani salak di lereng Merapi. Tepatnya di desa Kenteng, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Kakek dan ayahnya sudah bekerja sebagai petani salak, nasional sampai kota-kota besar jaringan supermarket. 

Kita tanda tangan kontrak dengan mereka, setiap gapoktan (gabungan kelompok tani) ini ini anggotanya 25-40 petani," papar Surya. 

Banyaknya permintaan salak membuat kelompok tani ini kewalahan. Akhirnya, Surya membentuk Asosiasi Petani Salak Indonesia Merapi (APSIM), yang anggotanya sekitar 40 gapoktan di Kabupaten Sleman.

Surya bertindak sebagai ketuanya, karena dia yang menciptakan jaringan petani ini, asosiasi ini mengincar pasar ekspor, dan menyiapkan pasokan salak yang besar. 

Selain itu, lewat asosiasi ini, para petani bisa menjaga standar kualitas salak untuk ekspor dan pasokan ke pasar modern.

"Pada 2008 kami bisa ekspor ke China. Itu sampai 20 ton per hari selama sebulan, saat Imlek. 

Jadinya permintaan darir China sangat besar. Kalau bukan menjelang Imlek, rata-rata ekspornya 3-4 ton sekali pengiriman, dengan 2-3 kali pengiriman dalam seminggu," papar Surya. 

Tahun ini, asosiasi tersebut tengah melakukan promosi agar pasar salaknya bisa 'terbang' ke Australia. 

Surya tidak mengetahui persis berapa total omzet asosiasi ini. Namun untuk salak dari kebunnya sendiri, omzet penjualan per bulan mencapai Rp 250 juta.

"Nama brand salak kami 'Salak Super Sleman'. Salak kami berkualitas karena ada di Lereng Merapi, dengan aroma salak yang enak karena tanahnya vulkanik dari Merapi dan organik tanpa pupuk kimia," jelas Surya.

Selain itu, asosiasi ini juga membuat sejumlah produk olahan dari salak, seperti dodol, kue bolem, bakpia, hingga kripik. 

"Bahkan, kami juga buat semacam agrowisata, 'Rumah Salak' namanya, kita ada wisata edukasi di kebun salak kelompok tani di Desa Kenteng," kata Surya.


Menjadi petani itu keren,  ayo terus bertani dengan semanggat untuk bangsa, negara, mari menjadi orang yang cerdas dan bermanfaat.


(R. G. D. 

Post a Comment

0 Comments