Ticker

6/recent/ticker-posts

Misteri Mega Impor Beras, 1,5 Juta Ton | LihatSaja.Com

LihatSaja.Com - Misteri aneh impor beras, Selain akan dilakukan pada masa musim panen, juga terkait kontroversi data stok beras Perum Bulog.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sempat mengatakan stok beras di dalam negeri cukup. 

"Belum apa-apa kita sudah menyatakan impor, apalagi yang mendasar yaitu beras. Apalagi ini masa panen. Yang ngomong soal impor kan bukan saya po karena saya bukan pengambil kebijakan, bukan pengambil keputusan," kata Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dalam webinar Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) bertajuk Impor Beras dan Garam, Adu Nasib Petani vs Pemburu Rente, dikutip Sabtu (26/3/2021).

Di sisi lain Mendag Lutfi sempat ragu dengan cadangan beras pemerintah di gudang Bulog dan menilai stok yang ada saat ini merupakan yang terendah sepanjang sejarah, yakni kurang dari 500 ribu ton. Ia juga mengungkapkan bahwa rencana impor beras sudah menjadi opsi sejak tahun lalu.

"Sebelum saya datang (diangkat Menteri) tanggal 23 Desember, sudah ada notulen rapat di tingkat kabinet, artinya lebih atas dari Rakortas Menko memutuskan Bulog 2021 mesti punya cadangan iron stock salah satunya pengadaan 500 ribu ton bisa dari impor, sebelum saya datang (jadi menteri). Jadi waktu saya datang saya hanya menghitung jumlahnya," kata Lutfi dalam rapat Komisi VI DPR RI, Senin (22/3/21).

Pemerintah berencana Impor beras 1 juta ton. Dirut Perum Bulog Budi Waseso pun buka - bukaan soal kondisi ratusan ribu ton beras yang belum terpakai.

Namun, apapun alasannya pihak yang keberatan adanya impor beralasan stok beras saat  ini masih cukup.

Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik menyatakan stok beras masih aman dari bulan Maret, April sampai Mei 2020 yang merupakan juga masa panen raya. Kementan mengklaim ada tambahan dari stok dari panen raya medio Maret hingga April ini. Perkiraan produksi dalam negeri pada panen raya ini mencapai 17.511.596 ton.

"Sehingga saya ingin menjamin pangan itu aman, khususnya beras di seluruh Indonesia. Dan saya berkeyakinan bahwa kita ini bisa swasembada pangan, dan tidak perlu buru-buru menyatakan impor," ungkap Buwas.

Ia yakin dan percaya, sebenarnya tidak ada persoalan masalah beras. Sebagai bukti, beras dibuat tidak hanya dibuat dari gabah tapi dari jagung dan singkong.

"Ini sudah terbukti, kalau bicara beras, Indonesia Timur produksi sagu, kita produksi beras dari sagu. Ini sudah ada contohnya, sudah saya laboratoriumkan cuma belum saya publish. Ini wujud nyata saya ingin membantu terwujudnya kemandirian pangan dan kedaulatan pangan. Maka kita jangan seolah-olah begitu beras kurang, kita takut," katanya.

Sebelum adanya keputusan impor, Buwas mengakui sempat ada rapat yang dihadiri oleh banyak pejabat tinggi di ring 1 istana.

"Setahu saya rapat itu nggak bahas impor beras, dihadiri termasuk Menteri Keuangan (Sri Mulyani), BPS, Menteri Perindustrian, banyak yang hadir. Yang dibahas kesiapan menjelang puasa lebaran dari segala aspek, di antaranya masalah beras," kata Buwas.

"Wacana impor nggak ada, karena rapat hanya bicarakan itu. dalam proses perjalanannya ada kebijakan (impor), saya nggak tahu," lanjutnya.

Awal Mula Rencana Impor Bergulir di 2021

Kemenko Perekonomian sempat mengumumkan soal penting penyediaan beras dengan stok 1-1,5 juta ton termasuk melalui impor dalam waktu dekat ini. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan itu dilakukan demi menjaga ketersediaan stok di dalam negeri supaya harganya tetap terkendali.

"Salah satu yang penting adalah penyediaan beras dengan stok 1 juta -1,5 juta ton," ujar Airlangga awal Maret lalu.

Alokasi penyediaan dari impor 500 ribu ton untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan 500 ribu ton sesuai dengan kebutuhan Perum Bulog. Kedua, penyerapan gabah oleh Perum Bulog dengan target setara beras 900 ribu ton saat panen raya pada Maret sampai dengan Mei 2021, dan 500 ribu ton pada Juni sampai September 2021.

Sementara itu Menteri Perdagangan M Lutfi mengungkapkan untuk masalah beras sudah ditentukan oleh Menko Bidang Perekonomian. Impor beras ini akan digunakan sebagai iron stock atau barang yang disimpan di Bulog sebagai cadangan dan selalu ada.

"Jadi tidak bisa dipengaruhi panen atau apapun karena ini dipakai untuk iron stock, sudah disepakati dan diperintahkan. Waktu, tempat, dan harga ada di tangan saya," jelas Lutfi dikutip dari detikcom.

Post a Comment

0 Comments